Jumat, 20 Mei 2016

Soal dan referensi jawaban uas ulumul quran

Uas Ulumul Quran
soal 
Jawaban

1.      Tuliskan ayat Al-Baqarah 2-3
 ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
2.      Terjemahan surah Al-Baqarah ayat 2-3
Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Yaitu)  mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
3.      Cari tafsir mengenai surat Al-Baqarah ayat 2-3
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (al – Baqarah : 2)
قَالَ اِبْن جُرَيْج قَالَ اِبْن عَبَّاس ذَلِكَ الْكِتَاب أَيْ هَذَا الْكِتَاب وَكَذَا قَالَ مُجَاهِد وَعِكْرِمَة وَسَعِيد بْن جُبَيْر وَالسُّدِّيّ وَمُقَاتِل بْن حَيَّان وَزَيْد بْن أَسْلَمَ وَابْن جُرَيْج أَنَّ ذَلِكَ بِمَعْنَى هَذَا

Ibnu Juraij menceritakan bahwa Ibnu Abbas mengatakan “ذَلِكَ الْكِتَابُ” berarti “Kitab ini”. Hal yang sama jug adikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, as-Suddi, Muqatil bin hayyan, Zaid bin Aslam, Ibnu Juraij, bahwa { ذَلِكَ } itu berarti “{هَذَا} (ini)”

Bangsa Arab berbeda pendapat mengenai kedua ismul insyarah (kata petunjuk) tersebut. Mereka sering memakai keduanya secara tumpang tindih. Dalam percakapan hal seperti itu sudah menjadi suatu yang dimaklumi. Dan hal itu juga telah di ceritakan oleh Imam Bukhori dari Mu’amamar bin Mutsanna, dari Abu ‘Ubaidah.

{ الْكِتَابُ} yang dimaksud dalam ayat diatas adalah al-Qur’an. Dan ar-Raib maknanya adalah { الشَّكّ} adalah ragu-ragu. { لا رَيْبَ فِيهِ} berarti tidak memiliki keraguan didalamnya, yaitu bahwa al Qur’an ini sama sekali tidak mengandung keraguan didalamnya, bahwa ia diturunkan dari sisi Allah, sebagaimana difirmankan dalam surah as-Sajdah:
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. (as-Sajdah : 2)

Sebagian mufasir mengatakan bahwa arti dari { لا رَيْبَ فِيهِ} adalah janganlah kalian mengingkarinya.

Diantara ahli Qura’ ada yang menghentikan bacaan ketika samapa pada ayat { لا رَيْبَ }, dan memulainya kembali dengan firman-Nya, yaitu { فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ}. Dan ada juga yang menghendtikan bacaaan pada kata {لا رَيْبَ فِيه}. Bacaan yang terakhir inilah yang dipandang paling tepat, karena dengan bacaan seperti itu Firman-Nya, yaitu { هُدًى} menjadi sifat bagi al-Qur’an itu sendiri. Dan yang demikian itu lebih baik dan mendalam dari sekedar pengertian yang menyatakan adalanya petunjuk didalamnya.

Jika ditinjau dari bahasa lafazh { هُدًى}berkedudukan marfu’ sebagai na’at (sifat) dan bisa juga Manshub sebagai hal (keterangan keadaaan). Dan { هُدًى} /petuunjuk itu hanya diperuntukan bagi orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Firman Allah
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus : 57)

As Suddi menceritakan, dari Abu malik dan dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas dan dari Murrah al-Hamdani, dari Ibnu mas’ud dari beberapa sahabat Rasulullah shalalllahu ‘alaihi wasallam, bahwa makna { هُدًى لِلْمُتَّقِينَ} adalah cahaya bagi orang-orang yang bertaqwa.

Abu Rauq menceritakan dari adh Dhahaq, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan {al-mutaqqiin} adalah orang-orang mu’min yang sangat takut berbuata syitik kepada Allah dan senantiasa berbuat taa kepada-Nya.
وَقَالَ مُحَمَّد بْن إِسْحَاق عَنْ مُحَمَّد بْن أَبِي مُحَمَّد مَوْلَى زَيْد بْن ثَابِت عَنْ عِكْرِمَة أَوْ سَعِيد بْن جُبَيْر عَنْ اِبْن عَبَّاس” لِلْمُتَّقِينَ ” قَالَ الَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنْ اللَّه عُقُوبَته فِي تَرْك مَا يَعْرِفُونَ مِنْ الْهُدَى وَيَرْجُونَ رَحْمَته فِي التَّصْدِيق بِمَا جَاءَ بِهِ

Muhammad bin Ishak, dari Muhammad bin Abi Muhammad Maula, Zaid bin tsabit, dari Ikrimah atau sa’id bin Jubair dari Ibnu abbas, ia mengatakan : al Muttaqqin adalah orang-orang yang senantiasa menghindari siksaaan Allah ta’ala dengan tidak meninggalkan petunjuk yang diketahuinya dan mengharapkan rahmat-Nya dalam mempercayai apa yang terkandung di dalam petunjuk tersebut.

Sufyan ats-Tsauri menceritakan dari seseorang, dari Haasan al bashri, ia berkata : Firman Allah { لِلْمُتَّقِينَ} adalah orang-orang yang benar-benar takut terhadap siksaan Allah bila mengerjakan apa yang telah diharamkan Allah kepada mereka, serta menunaikan apa yang telah diwajibkan kepada mereka.

Sedangkan Qatadah berkata { لِلْمُتَّقِينَ} adlaah mereka yang disifati Allah dalam firman-Nya :
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (al-Baqarah : 3)

Dan pendapat yang diambil oleh Ibnu Jarir adalah bahwa ayat ini mencakup kesemuanya dan itulah yang benar.

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, (al-Baqarah : 3)
{الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ }, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, Abu ja’far ar-Razi menceritakan dari Abdullah, ia berkata: Iman itu adalah kebenaran.”
وَقَالَ عَلِيّ بْن أَبِي طَلْحَة وَغَيْره عَنْ اِبْن عَبَّاس رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا يُؤْمِنُونَ يُصَدِّقُونَ
Ali bin Abi Thalhah dan juga lainnya, berkata, dari Ibnu Abbas, ra :”mereka beriman maksudnya adalah mereka membenarkan. ” Sedangkan mu’amar, dari az-zuhri : “Iman adalah amal.”
Ibnu Jarir berkata bahwa yang lebih baik dan tepat adalah mereka harus mensifati diri dengan iman kepada yang ghoib baik melalui ucapan maupun perbuatan. Lafazh Iman kepada yang ghoib itu adalah Keimanan kepada Allah, Kitab-kitabnya dan Rasul-rasul-Nya sekaligus membenarkan pernyataan itu melalui perbuatan.
Berkenan dengan ini, Ibnu Katsir berkata secara asal-usul kata bahwa Iman berarti pembenaran semata. Al Qur’an sendiri terkadang menggunakan kata ini untuk pengertian tersebut, sebagaimana dikatakan oleh Yusuf a.s kepada ayah mereka:
وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
Artinya : “dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” (Yusuf : 17)
Demikian pula jika kata iman itu dipergunakan beriringan dengan amal shalih, sebagaimana firman Allah dalam al-Ashr : 3
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Artinya : “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”
Adapun jika kata “Iman” itu dipergunakan secara mutlak, maka iman menurut syari’at tidak mungkin ada kecuali yang diwujudkan melalui keyakinan, ucapan dan amal perbuatan.
هَكَذَا ذَهَبَ إِلَيْهِ أَكْثَر الْأَئِمَّة بَلْ قَدْ حَكَاهُ الشَّافِعِيّ وَأَحْمَد بْن حَنْبَل وَأَبُو عُبَيْدَة وَغَيْر وَاحِد إِجْمَاعًا :
Demikian itulah yang menjadi pegangan mayoritas ulama, bahkan telah ijma Imam asy-Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Ubaidah, dan lain-lain
أَنَّ الْإِيمَان قَوْل وَعَمَل وَيَزِيد وَيَنْقُص
Artinya : “Bahwa iman itu adalah pembenaran dengan ucapan dan amal perbuatan, bertambah dan berkurang.”
Sebagian mereka mengatakan bahwa beriman kepada yang ghoib sama seperti beriman kepada yang nyata, dan bukan seperti yang difirmankan Allah mengenai orang-orang munafik
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. (al-baqarah : 14)
Dengan demikian Firman-Nya { بِالْغَيْبِ } /kepada yang ghoib adalah berkedudukan sebagai menerangkan keadaan (haal), artinya pada saaat keadaaan mereka ghoib dari penglihatan manusia. Sedangkan mengenai makna ghoib yang dimaksud disini berbagai ungkapan ulama terdahulu (salaf) yang beragam, semua benar maksudnya.
Mengenai firman Allah { يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ} “yaitu mereka yang beriman kepada yang ghoib”
Abu ja’far ar Razi menceritakan dari ar-Rabi’ bin Anas, dari Abu ‘Aliyah, ia berkata :
يُؤْمِنُونَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَته وَكُتُبه وَرُسُله وَالْيَوْم الْآخِر وَجَنَّته وَنَاره وَلِقَائِهِ وَيُؤْمِنُونَ بِالْحَيَاةِ بَعْد الْمَوْت وَبِالْبَعْثِ فَهَذَا غَيْب كُلّه
“Mereka beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, Surga dan neraka, serta pertemuan dengan Allah, dan juga beriman akan adanya kehidupan setelah kematian, serta adanya kebangkitan. Dan semuanya itu adalah hal yang ghoib.
رَوَاهُ أَحْمَد حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَة أَنَا الْأَوْزَاعِيّ حَدَّثَنِي أَسَد بْن عَبْد الرَّحْمَن عَنْ خَالِد بْن دُرَيْك عَنْ اِبْن مُحَيْرِيز قَالَ : قُلْت لِأَبِي    جُمْعَة حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْته مِنْ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ أُحَدِّثك حَدِيثًا جَيِّدًا : تَغَدَّيْنَا مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَنَا أَبُو عُبَيْدَة بْن الْجَرَّاح فَقَالَ يَا رَسُول اللَّه هَلْ أَحَد خَيْر مِنَّا ؟ أَسْلَمْنَا مَعَك وَجَاهَدْنَا مَعَك . قَالَ ” نَعَمْ قَوْم مِنْ بَعْدكُمْ يُؤْمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي “
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Muhairiz, ia menceritakan bahwa ia pernah mengatakan kepada Abu Jam’ah: Beritahukan kepada kami sebuah hadist yang engkau dengan dari Rasulullah sholallahu ‘alahi wasallam, ia pun berkata : Baiklah aku akan beritahukan sebuah hadist kepadamu. Kami pernah makan siang bersama Rasulullah, dan bersama kami terdapat Abu ‘Ubaidillah bin al-Jarrah, lalu ia bertanya: Ya Rasulullah, adakah seseorang yang lebih baik daripada kami? Sedangkan kami telah masuk Islam bersamamu dan berjihad bersamamu juga?, Rasulullah menjawab :
نَعَمْ قَوْم مِنْ بَعْدكُمْ يُؤْمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي
“Ya ada, yaitu suatu kaum setelah kalian, mereka beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku.”
Insya Allah bersambung pada ayat { وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}
Ref : Tafsir Ibnu katsir
4.       Asbabun Nuzun surat Al-Baqarah ayat 2 dan 3
Diriwayatkan oleh Al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid : bahwa empat ayat pertama dari surat Al-Baqarah (2, 3, 4, 5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan kaum mukminin, dan dua ayat berikutnya (6 dan 7) tentang kaum kafirin yang menegaskan bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup – diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman ; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafikin.
5.      Munasabah surat Al-Baqarah ayat 2 dan 3
6.      Kefahaman saya mengenai surat Al-Baqarah ayat 2 dan 3
Dari terjemahan dan tafsir mengenai surat Al-Baqarah ayat 2 dan 3 saya memahami bahwa kitab Al-Quran adalah kitab yang sempurna tidak ada  keraguan di dalamnya, diturunkan dari sisi Allah bukan buatan mahluk  manusia dsb  tidak ada yang dapat membuat kitab seperti Al-Quran bahkan menyamai satu suratnya pun tidak akan bisa. Kitab ini (Al-Quran) dijaga Allah kebenaran sampai hari akhir (kiamat) sehingga membedakan dengan kitab-kitab lain seperti injil dan taurat yang tidak Allah janjikan isinya akan tetap sama sampai hari kiamat. Hal ini dapat dibuktikan dari kitab injil yang kita ketahui terdapat kitab injik perjanjian lama dan perjanjian baru. sedangkan di dalam kitab Al-Quran yang telah Allah turunkan dari sisinya sampai hari akhirpun (kiamat) akan tetap sama baik huruf-hurufnya, susunan huruf-hurufnya, ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. Allah telah menjamin hal itu. Lalu  diturunkan kitab Al-Quran sebagai petunjuk umat manusia untuk mencapai ketakwaan.
Ketakwaan yang dimaksudkan adalah mengimani sesuatu yang gaib, mengerjakan shalat dan menginfakan sebagian rezeki kepada orang lain. Sudah menjadi sifat bawaan manusia untuk tidak dapat mengetahui segala hal yang ada di dunia ini. Sehingga tidak perlu dipertanyakan seperti apa itu Allah-ciri-cirinya- karena semua itu hal yang gaib. Begitu juga bagaimana dunia ini terbentuk manusia tidak akan sampai akalnya untuk bisa membayangkan kejadian tersebut jadi cukup dengan mengimani hal-hal tersebut maka kita akan mencapai ketakwaan.
Shalat dalam ajaran agama islam adalah tiang agama. Salah satu dari rukun islam yang harus dikerjakan oleh umat islam. Shalat juga sebagai amalan yang pertama kali dihisab dihari penghitungan. Sehingga untuk mencapau takwa Allah berpesan untuk mengerjakan shalat setiap harinya 5 x sesuai dengan apa yang telah dikerjakan nabi Muhammad SAW ketika hidup. Shalat adalah ibadah yang hanya diturunkan kepada kaum setelah nabi Muhammad, mendapatkan perintah untuk mengerjakan sholat sendiri sangat tidak mudah nabi Muhammad harus melaksanakan perjalanan yang disebut isra miraj menghadap Allah langsung dilangit ketujuh. Bukan perintah yang sembarangan karena Allah menyampaikannya secara langsung tidak dengan perantara malaikat Jibril. Sehingga sudah sepantasnya setiap umat islam harus mengerjakan sholat jika ingin mencapai ketakwaan seperti apa Allah telah Allah firmankan dalam kitab Al-Quran.
Menginfakan sebagian rezeki yang telah Allah berikan salah satu amalan yang mengantarkan kita menuju ketakwaan. Perintah untuk menginfakan ini sangat berkaitan dengan hubungan manusia dan manusia lainnya. Maksudnya apabila ada manusia yang telah Allah lebihkan rejekinya maka jangan lupa kepada manusia lain atau orang lain yang masih dalam keadaan kesusahan. Ingat dalam kitab Al-Quran tidak hanya mengajarkan atau memberikan petunjuk tentang cara berhubungan dengan Tuhan atau Hablun minnallah tapi juga mengajarkan berhubungan dengan sesama manusia atau yang disebut hablun minannas. Sehingga tercapailah kehidupan yang seimbang antara berhubungan dengan Allah dan juga berhubungan dengan manusia lainnya. Tidak meninggalkan kehidupan di dunia dan juga tidak melupakan kehidupan setelah di dunia. Maka sempurnalah isi dari kitab Al-Quran tidak ada lagi keraguan yang menjadi argumen untuk mengatakan bahwa kitab ini tidak sempurna karena di dalam isinya telah mengajarkan atau telah memberikan pedoman-pedoman yang baik dan seimbang antara kehidupan di dunia dan kehidupan nanti di akhirat.


Terjemahan materi 6 dan 7

Terjemahan materi kelompok 6
BANK ISLAM
Bank Atau Bank adalah lembaga keuangan, tujuan adanya bank untuk memudahkan transaksi keuangan bagi nasabah dan untuk menyimpan uang. Lembaga keuangan bank telah  berkembang di Eropa lebih dari 400 tahun, tetapi ketika perkembangan bank masuk ke wilayah-wilayah negara Muslim, lembaga keuangan bank menghadapi penolakan karena wilayah tersebut menerapkan aturan kesepakatan islam (syariah) dalam banyak hal, terutama dalam masalah riba (bunga), dan banyak aspek rinci lainnya.
layanan perbankan di perbankan syariah
IDB menawarkan layanan yang sama yang diberikan oleh Bank kecuali layanan normal yang mengandung bunga yang dianggap riba dilarang dalam hukum Isla
Dan itu yang membedakan pelayan yang ditawarkan oleh bank-bank Islam menjadi dua bagian utama:
1. Layanan perbankan, operasi kredit
2. Layanan perbankan tidak termasuk operasi kredit.


Terjemahan materi 7

Layanan perbankan, kredit
Diimplementasikan sebagai proses layanan investasi alternatif Alotmanah manfaat dihitung di bank biasa yang:
murabahah adalah akad jenis jual beli, Mereka menjual barang dengan harga yang sama dari yang ia beli dari penjual dengan penambahan keuntungan persentase yang dirahasiakan dari harga pembelian atau jumlah tambahan yang ditentukan di muka pada akad untuk menjual ke pelanggan inilah yang disebut Murabahah. perbankan dan untuk menandatangani kontrak antara mereka yang ingin membeli barang dan lembaga perbankan syariah di mana lembaga perbankan untuk membeli barang dan kemudian menambahkan pada harga asli beban tambahan tambahan dan kemudian menjualnya untuk siapa saja yang ingin membeli barang (klien) melalui premi yang dibayarkan oleh pelanggan, dan ini adalah apa yang dibenarkan tidak membeli barang langsung dari pemilik pertama

Tugas Al-Arrabiyah klmpok 6-7

Kelompok 6

المصارف الإسلامية

المصرف أو البنك هو مؤسسة مالية, هدفها المعلن هو تسهيل المعاملات المالية للعملاء وحفظ الأموال وتشغيلها. نشأت وتطورت المصارف في أوروبا على أمتداد 400 عام ولكن عند أنتقالها إلى المجتمعات الإسلامية واجهت رفضاً من المسلمين المتدينين لان طبيعة عملها مخالفة لقواعد التعامل الإسلامي من عدة نواحي, أهمها التعامل بالربا (الفوائد), إضافة إلى نواحي تفصيلية أخرى كثيرة.
الخدمات المصرفية في المصارف الإسلامية
يقدم البنك الإسلامي نفس الخدمات التي يقدمها البنك العادي بأستثناء الخدمات التي تحتوى على الفائدة التي تعتبر ربا محرم في الشريعة الإسلامية.
ويمكن تقسيم الخدمات التي تقدمها المصارف الإسلامية إلى قسمين رئيسين:
1.      خدمات مصرفية لعمليات ائتمانية
2.      خدمات مصرفية لا تشمل عمليات ائتمانية.
  
, Persentasi: Rina, Mimin, Sentya  
  
Kelompok 7
1-    خدمات مصرفية ائتمانية
يتم تنفيذها كعمليات استثمارية وهي بديلة للخدمات الأتمانية المحسوبة بالفائدة في البنوك العادية وهي:
نوع من أنواع البيوع وهي بيع بضاعة بنفس السعر التي أشتراها بها البائع مع أضافة ربح معلوم بنسبة من سعر الشراء أو مبلغ أضافي محدد مسبقاً بناء على وعد بالشراء من العميل وهي تسمى المرابحة المصرفية وهي أن يوقع عقد بين من يريد شراء بضاعة والمؤسسة المصرفية الإسلامية حيث تقوم المؤسسة المصرفية بشراء البضاعة ومن ثم تضيف على الثمن الأصلى مبلغ أضافي كمصاريف أضافية ومن ثم تبيعها لمن يريد شراء البضاعة (العميل) عن طريق أقساط يدفعها العميل، وهذا ما يبرر عدم شرائه للبضاعة مباشرة من مالكها الأول.
Persentasi: nurhajar, meina, latifa
Tugas
1. soal diprint, setelah diprint dikasi harakat (kasi harakatnya bisa langsung lewat laptop ketika belum diprint atau manual dikasih harakat setelah diprint) 
2. diterjamhkan
3. mengenai tarkib yaitu menentukan mubtada', khabar, fai'il, fi'il , hanya pada baris pertama pada soal (diberi tanda miring)

Selasa, 17 Mei 2016

Jawaban Mid Makro pak rianda

Jawaban
1. Urgensi mempelajari makro ekonomi menurut saya adalah sebagai mahasiswa yang sekarang sedang menempuh S1 di konsentrasi perbankan syariah mempelajari makroekonomi menjadi sangat penting dan mempunyai banyak manfaat. Pertama manfaatnya adalah dengan mempelajari makroekonomi sebagai mahasiswa pada umumnya dapat mengomentari kebijikan pemrintah dilihat dari jalannya roda pemerintahan indonesia dalam mengelola negara khusunya pada bidang ekonomi agregat. Bisa membaca dan melihat peluang adalah salah satu benefit lain dari mempelajari makro ekonomi. Dalam pembelajaran makro ekonomi dijelaskan tentang perhitungan pendapatan nasional, teori konsumsi dan teori investasi dengan melihat pergerakan secara agregat di bidang pendapatan nasional, pola konsumsi dan investasi saya dapat menerka-nerka peluang bisnis seperti apa yang sedang disukai masyarakat lalu dengan melihat teori investasi secara agregat dapat membaca tren yang sedang digandrungi masyarakat dan coba mengambil manfaat dari tren tersebut contoh kecilnya secara agregat masyarakat condong menggunkan uangnya untuk berinvestasi namun masih banyak masyarakat yang belum paham bagaimana menginvestasikan uangnya dengan baik saya dapat hadir disitu dengan membuka jasa konsultan investasi khusunya dibidang syariah. Itu dapat menghasilkan pundi-pundi uang dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Manfaat lain jika sudah bekerja dalam dunia perbankan ilmu yang didapatkn dari mempeljari ekonomi makro sangat bermanfaat dalam hal mengambil keputusan jika kita berkedudukan sebagai manajer perencanaan.

2. 
Yd
C
S
Delta Yd
Delta C
Delta S
MPC
APC
MPS
APS
0
250
-250
-
-
-
-
-
-
0
1.000
1.000
0
1.000
750
250
0,75
1
0,25
0
2.000
1.750
250
1.000
750
250
0,75
0,875
0,25
0,125
3.000
2.500
500
1.000
750
250
0,75
0,833
0,25
0,166
4.000
3.000
1.000
1.000
500
500
0,5
0,75
0,5
0,25
5.000
3.000
2.000
1.000
0
1.000
0
0.6
1
0,45


Kurva Konsumsi

 Kurva MPC dan AVC


Interpretasi kurva mpc dan apc
Pada Yd (pendapatan disposibel) 0 besarnya MPC (Marginal propesenty to consume) tidak dapat dihitung begitu juga dengan APC (average propesenty to consume)

Pada Yd 1.000 besarnya MPC 0,75 dilihat dikurva MPC di atas bersinggungan dengan garis Yd/C berarti MPC tidak akan pernah melebihi 1, jika melebihi 1 maka garis MPC tidak akan bersinggungan dengan garis Yd/C ini menunjukan kecondongan mengonsumsi marginal ketika pendapatan disposibel naik maka konsumsi tidak akan melebihi angka pendapatan disposibel. Lihat padda tabel pertambahan konsumsi hanya 750 dibanding pertambahan pendapatan yang 1000. Jika angka MPC melebihi 1 maka melanggar aturan MPC yang tidak boleh lebih dari 1. Pada APC nilainya 1 berarti rata-rata pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan disposibel sama jika diterjamahkan ke keadaan seungguhnya semua pendapatan digunakan untuk konsumsi

Pada Yd 2.000 besarnya MPC 0,75 sama dengan Yd 1.000 ini menunjukan MPC dalam keadaan tetap, yaitu pertambahan pendapatan disposibel naik 1.000 pertamabahan konsumsi juga naik tapi kenaikannya sama ketika Yd 1.000 yaitu 750. Nilai APC menurun menjadi 0,875 karena konsumsi rata-rata yang bertambah turun jika dibandingkan keseluruhan pendapatan disposibel

Pada Yd 3.000 besarnya MPC tetap 0,75 ini menunjukan kencondongan mengonsumsi rata-rata stabil diangka 750. Untuk APC turun menjadi 0,833 ini menunjukan pertambahan konsumsi rata-rata jika dibandingkan dengan keseluruhan pendapatan disposibel turun.

Pada Yd 4.000 besarnya MPC turun menjadi 0,5 dibandingkan dengan Yd sebelumnya ini menunjukan kecondongan mengonsumsi rata-rata berkurang yang awalnya 750 menjadi 500. Ada perubahan pola konsumsi terlihat dimana pendapat disposibel sebesar Yd 4.000 membuat konsumsi tetap bertambah tapi tidak bertambah secara rata-rata. ini berarti ada kenaikan pada S (save) tabungan. Untuk APC diangka 0,75 yaitu turun sesuai dengan penjelasan kurva MPC dimana rata-rata mengonsumsi turun jika dibandingkan keseluruha pendapatan

Pada Yd 5.000 besarnya MPC 0 ini menunjukan pada pendapatan yang naik 1.000 ketimbang Yd 4.000 kecondongan marginal konsumsi tidak naik atau nilai konsumsi tetap tidak naik padahal pendapatan disposibel naik. Ini memungkinkan terjadi karena orang yang semakin banyak pendapatan kebutuhan konsumsi semakin sedikit atau tetap karena sudah dicukupkan semuanya ketika pendapatan belum naik. Ini berdampak pada nilai S (save) semakin naik karena uang yang dialokasikan untuk menabung meningka). Nilai APC 0,6 kembali turun karena rata-rata pertambahan konsumsi dibandingkan kesuluruhan pendapatan disposibel turun.

Catatan
·         Mencari delta Yd = selisih Yd sesudah – Yd sebelumnya
·         Mencari delta C = Selisih C sesudah – C sebelum
·         Mencari delta S = selisih S sesudah – S sebelum
·         Mencari MPC = delta c : delta Yd
·         Mencari APC = C : Yd
·         Mencari MPS = delta S : delta Yd
·         Mencari APS = S : Yd

3. Tanggapan atau analisis terhadap berita di atas pertumbuhan ekonomi di kalbar pada triwulan 1 (5,93%), tahun 2016 diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi di indonesia yang hanya 5,2-5,3% itu menandakan pertumbuhan ekonomi di kalbar pada triwulan 1 baik sekali (asek) namun jika dilihat dari sisi apa penopang pertumbuhan ekonomi di kalbar yaitu yang sesuai dibacaan lebih banyak didominasi oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga, konsumisi non profit rumah tangga, konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto ini menunjukan pertumbuhan disebabkan besarnya tingkat konsumsi atau sifat rata-rata masyarakat kalbar yang masih konsumerisme. Secara keseluruhan ini tidak terlalu menggembirakan walaupun pertumbuhan ekonomi diatas rata pertumbuhan ekonomi di indonesia tetapi angka itu disebabkan besarnya angka konsumsi. Besarnya angka konsumsi sebagai penopang pertumbuhan ekonomi di kalbar ini juga mendeskripsikan bahwa wilayah kalbar masih disebut wilayah berkembang bukan maju. Jika disebut maju angka penopang pertumbuhan ekonomi didominasi oleh besarnya tingkat produksi  dan pendapatan dibidang  jasa.
..........
nantikan lanjutannya segera (wkwk)

Proposal Bisnis

Ide membangun usaha Sudah punya toko, kamera, laptop Butuh Printer, Daftar agen pulsa, skill ngeprint foto, pemodal, kawan diajak joi...