Pertanyaan
Latihan 9 –Korelasi bahan ajar- Statistik Terapan Dosen Pengampu Dr/ Fauziana
Pertanyaan
Latihan 9
1.
Apa perbedaan Realibilitas dengan Validitas
2.
Apakah Semua sampel data perlu dilakukan uji normalitas, jelaskan !
Jawaban
1. VALIDITAS
Menurut
Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu
skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung
di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung
pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki
dengan tepat.
Sisi
lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga
harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.[1]
Validitas
suatu instrumen banyak dijelaskan dalam konteks penelitian sosial yang
variabelnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti sikap, minat,
persepsi, motivasi, dan lain sebagainya. Untuk mengukur variabel yang demikian
sulit, untuk mengembangkan instrumen yang memiliki validitas yang tinggi karena
karakteristik yang akan diukur dari variabel yang demikian tidak dapat
diobservasi secara langsung, tetapi hanya melalui indikator (petunjuk tak
langsung) tertentu. (Aritonang R. 2007)
REALIBILITAS
Walizer
(1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan
pengukuran.
Menurut
John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat
dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the
degree of which test score are free from error measurement"
Menurut
Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata
lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur
gejala yang sama.
Menurut
Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang
tes ataupun bentuk tes.
Menurut
Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus
reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Pengukuran
reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik (Feldt
& Brennan, 1989: 105)
Berdasarkan
sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu
kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan:
105). Kedua statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing. Kesalahan
pengukuran merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala
skor sedangkan koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas
dengan merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan
pengukuran.[2]
2. Menurut saya PERLU melakukan uji normalitas dalam
setiap sampel data karena ada beberapa alasan yang saya ketahui tentang uji
normalitas :
- Uji normalitas melaporkan nilai
signifikansi (p). Untuk memahami setiap nilai p, kita perlu mengetahui
hipotesis nol terlebih dahulu. Dalam uji ini, hipotesis nol yang diajukan
adalah data dari sampel kita mengikuti distribusi Gaussian, alias tidak ada
perbedaan antara distribusi data kita dengan distribusi normal. Nilai p
menjawab pertanyaan: “Jika hipotesis nol benar, seberapa besar kemungkinan
bahwa sampel data kita menyimpang dari distribusi ideal?”. Jika nilai p yang
dihasilkan di atas 0,05 (p>0,05) maka kita menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan antar keduanya, dengan kata lain data kita terdistribusi normal.
Ingat dalam uji beda (misalnya uji-t) nilai p yang tidak signifikan (p>0,05)
menunjukkan tidak ada beda antar rerata kelompok yang dibandingkan.
- Setiap uji memiliki kesamaan, yaitu menanyakan seberapa jauh distribusi data
kita menyimpang dari distribusi Gaussian yang ideal. Definisi mengenai
penyimpangan oleh masing-masing uji berbeda-beda, jadi tidak mengherankan jika
memberikan hasil yang berbeda. Uji tersebut tidak membandingkan dua jenis
distribusi, katakanlah distibusi Gaussian vs eksponensial, lebih sesuai dengan
data ataukah tidak. Sebaliknya, mereka membandingkan Gaussian vs non Gaussian.
Karena tes yang berbeda mendekati masalah secara berbeda, mereka memberikan
hasil yang berbeda.
Jawaban
No 3 Point a, b, c, d, e, f, g, h, i, j
Tidak ada komentar:
Posting Komentar