MAKALAH
ANALISIS KURVA KEPUASAN SAMA
DOSEN PENGAMPU :RINA MANDARA HARAHAP,.
MM
MATA KULIAH : PENGANTAR EKONOMI MIKRO
DI SUSUN
O
L
E
H
Desi Athatullah
(1142310187)
Fachri Adha
(1142310045)
Irin Ariska Utami
(1142310073)

SEMESTER / KELAS: IV/A
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh...
Puji dan syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa
dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur
atas tersusunnya makalah ini.
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima
kasih kepada Rina Mandara Harahap., MM selaku dosen pengampu yang telah
memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah ini.
Tujuan kami menyusun makalah ini
adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro.
Dalam penulisan makalah ini kami juga
mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait. Kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pontianak, 20 April 2016
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A.
Definisi teori nilai guna ordinal................................................................... 3
B.
Asumsi/Asas Teori nilai guna ordinal.......................................................... 3
C.
Defini dan contoh kurva indifference (kurva kepuasan sama).................... 4-6
D.
Garis Anggaran Pendapatan........................................................................ 6-9
E.
Perubahan anggaran belanja akibat perubahan pendapatan &
harga........... 9-12
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 13
B.
Saran............................................................................................................ 13
Daftar Pustaka...........................................................................................................
14
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada saat ini konsumen dalam
menentukan pilihan untuk menggunakan anggaran pendapatannya terkadang tidak
lagi rasional. Dikarenakan tuntutan zaman yang mengharuskan konsumen menjaga
image mereka di depan khalayak umum. Hal ini dapat menimbulkan suatu permasalah
dikemudian hari dikarenakan konsumen tidak bijak dalam mengalokasi pendapatan
yang dia miliki sehingga akan timbul hutang, perilaku konsumtive, perilaku
criminal karena memikirkan membayar hutang dll.
Teori Nilai Guna Ordinal dapat
mendeskripsikan kepada konsumen bagaimana menggunakan anggaran pendapatan
dengan bijak dan rasional. Dalam perhitungan nilai guna ordinal akan
dicantumkan alternative pilihan dua barang/lebih yang konsumen dapat pilih.
Perhitungan nilai guna ordinal menjadi penting karena dapat mendeskripsikan
pilihan mana yang rasional sesuai dengan anggaran yang dibelanjakan untuk
mendapatkan nilai kepuasan.
Pada makalah ini kami pemateri akan
coba menjelaskan definisi teori nilai guna ordinal, kurva kepuasan (utility)
sama, kurva indifference (kepuasan sama), contoh garis anggaran pengeluaran dan
akibat perubahan pendapatan dan harga terhadap pilihan konsumen dalam
membelanjakan anggarannya sehingga tercapai nilai kepuasan (utility).
Sehingga dapat sedikit menjawab
permasalah yang sering ditemukan pada saat ini yaitu konsumen kurang rasional
dalam mengalokasikan anggaran pendapatannya untuk memenuhi nilai kepuasan
(utility).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
itu teori nilai guna ordinal
2.
Bagaimana
analisis kurva kepuasan sama
3.
Apa
itu kurva kepuasan sama
4.
Bagaimana
contoh garis anggaran pengeluaran
5.
Akibat
perubahan pendapatan dan harga
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
Menjelaskan teori nilai guna ordinal
2.
Untuk
Menjelaskan analisis kurva kepuasan sama
3.
Untuk
Menjelaskan kurva kepuasan sama
4.
Untuk
Menjelaskan bentuk garis anggaran pengeluaran
5.
Untuk
Menjelaskan dan menguraikan akibat perubahan pendapatan dan harg
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Nilai Guna Ordinal dalam
perspektif optimalisasi kepuasan
Teori nilai guna ordinal (TNGO) dengan kurva indifference mencoba menjawab
apa yang menjadi keraguan pada teori nilai guna kardinal, yaitu mengukur
kepuasan. Kalau dalam teori nilai guna kardinal kepuasan mengkonsumsi suatu
barang penilaiannya bersifat subjektif (tergantung siapa yang menilai), yang
tentu saja setiap orang memiliki penilaian yang berbeda, maka dalam teori nilai
guna ordinal tingkat kepuasan diurutkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu,
misalnya rendah, sedang dan tinggi, dengan demikian setiap kepuasan yang
diperoleh terukur.
Untuk membantu memperjelas teori nilai guna ordinal digunakan kurva
indifference (tak beda) dalam menganalisa tingkat kepuasan masing-masing
individu sehubungan dengan mengkonsumsi dua macam barang dalam rangka
memaksimumkan kepuasannya. Kurva indifference diajukan oleh hikcks dan allen (
sehingga terkadang penganut teori ini disebut sebagai hikcksan).
B.
Asumsi/Asas Teori Nilai Guna Ordinal
Sebelum dilanjutkan membahas teori ini maka perlu dikemukakan beberapa
asumsi/asas yang mendasari teori nilai guna ordinal yaitu :
1. Rasionalitas, dimana konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau
akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya (bila
konsumen bisa mencapai A yang lebih besar dari B maka konsumen itu akan
mengambil A)
2. Konveksitas, yaitu garis kurva indifference haruslah kontinyu (tidak
terputus-putus) dan cembung atau cekung dari titik temu sumbu x dan Y (titik
origin)
3. Nilai guna tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsi
4. Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang terbaik
dari beberapa pilihan (bila A>B dan B>C, maka konsumen akan memilih A).
5. Berdasarkan asas/asumsi ke 4, maka kurva indifference tidak boleh
bersinggungan atau saling berpotongan.
C. Definisi dan Contoh Kurva Indifference
(kepuasan sama)
Yang dimaksud dengan kurva indifference adalah
kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam input untuk menghasilkan output
yang sama (yaitu kepuasan)
Salah satu bentuk kurvanya adalah sebagai
berikut :
Kurva indifference pada berbagai tingkat
kepuasan
Gambar kurva
Yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang kurva
indifference yang pertama (KI1) misalkan, tingkat kepuasan konsumen adalah sama
dimana saja (A, B atau C), hanya membedakannya adalah anggaran untuk
mencapai kepuasan pada titik A tentu vn berbeda
dengan di titik C. Sehingga konsumen harus cukup puas bila ternyata ia hanya
mampu pada titik B misalkan. Demikian juga untuk KI2, anatara titik D dan F
kepuasan adalah sama akan tetapi besaranya kepuasan antara KI1 dan KI2 tentu
saja tidak sama, karena lebih tinggi dan anggarannya pun lebih besar. Dengan
demikian berdasarkan kurva indifference pada gambar diatas :
K/4 > KI3 > KI2 > KI1
KI1 = A = B = C
KI2 = D = E = F
A < D < G < H
Teori Nilai Guna Ordinal menilai kepuasan atas
konsumsi 2 macam barang di mana kombinasi antara 2 macam barang tersebut bisa
Homogen berderajat 1 (misalnya U = X . .
. . . ), bisa juga homogen berderajat lebih dari 1 tapi setara (misalnya U = X
. . . . . . ), dan lain sebagainya. Yang
pasti kedua macam barang haruslah dikonsumsi dengan cara mengkonmbinasi barang
tersebut agar kepuasannya bisa mencapai titik optimum tertinggi (maksimum).
Mengapa barang harus dikombinasikan? Tujuannya adalah konsumen dalam
mengkonsumsi akan diberikan berbagai macam pilihan, dari pilihan itu konsumen
akan dengan mudh menentukan konsumsi mana yang memberikan kepuasan tertinggi
sehubungan dengan anggarannya.
Dengan demikian bila misalkan daya beli dinyatakan dengan B = budget
(anggaran), harga barang X dan Y dinyatakan dengan masing – masing sebagai Px
dan Py, maka total barang yang dapat dibeli dengan anggarannya adalah : B = PxX
+ PyY, nilai kepuasan total dinyatakan sebagai kombinasi dasar yaitu U = X, Y,
bila konsumen memiliki referensi nilai kepuasan yang akan diapai maka yang
menjadi kendalanya adalah menentukan besaranya anggaran yang harus dimiliki.
Sebaliknya bila konsumen telah memiliki anggaran maka yang menjadi tujuannya
adalah menentukan berapa besaranya kepuasan yang bisa dicapai. Secara matematis
untuk menentukan nilai X, Y atau B untuk tujuan optimalisasi konsumsi formula
sederhannya adalah sebagai berikut :
Dimana MU (x) marginal rate of subsititution atau sering disebut sebagai
MRS, yaitu angka pengganti tambahan X dan Y atau sebaliknya. Maksudnya konsumsi
atas kombinasi 2 macam barang tersebut akan selalu optimum bila setiap
perubahan utiliti X akan menyebabkan terjadinya perubahan utiliti Y nilai sama
dengan besarnya harga barang X dibagi dengan harga barang Y. Oleh karena itu di
batasi anggaran, Maka MRS ini bersifat trade off yaitu seetiap penambahan X
akan mengurangi Y tetapi tidak merubah nilai utiliti sepanjang harga barang X,
harga barang Y dan anggaran tetap.
D.
Garis Anggaran Pendapatan
Garis anggaran pendapatan dapat dilihat dicontoh kasus di bawah ini
:
Contoh :
Bila diketahui si dedi memiliki yang sebesar Rp 120.000, ia ingin membeli
barang X dan Y yang masing-masing harganya adalah Rp 5000 dan Rp 4000. Bila
kualitas kepuasannya adalah merupakan kombinasi dari konsumsi barang X dan Y
secara utuh, maaka beberapa banyakah barang X dan Y yang harus dibelinya agar
kepuasannya maksimum dan berapa besar kepuasan optimumnya?
Jawab,
Diketahui : B = 120.000, Px = 5000, Py = 4000,
U = X.Y
Kendala si konsumen (fungsi anggaran) adalah =
120.000 = 5000X = 4000Y,
Tujun kepuasan adalah (fungsi Utility) U = X.Y
Untuk kasus seperti ini maka :
X = B/2Px = 120.000/2.(5000) = 12 unit
Y = B/2Py = 120.000/2.(4000) = 15 unit
U = X.Y --- U =12*15 = 180 unit
Kita dapat menguju rumus untuk menentukan
anggaran untuk kasus ini sebagai berikut :
U = 2√UPxPy --- U = 2√180x5000x4000
U = 2 x √3.600.000.000
U = 2 x 60.000 = 120.000
Dengan uang sebesar Rp 120.000, si dedi bisa mengoptimumkan kepuasannya
dengan membeli X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit dan menghasilkan
kepuasan sebesar 180 unit. Secara teoritis konsumsi si dedi ituu adalah yang
paling rasional karena 120.000 = 5000(12) + 4000(15)
Jadi dengan mengkonsumsi X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit si dedi
mendapatkan kepuasan maksimum sebesar 180 unit.
Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah jumlah konsumsi X dan Y yang
masing-masing sebesar 12 dan 15 unit adalah merupakan pilihan terbaik dari pola
konsumsi yang lainnya? Untuk memperjalas persamaan ini baiklah kita buatkan
ilustrasi dalam bentuk tabel di bawah ini :
Ragam kombinasi yang menghasilkan kepuasan optimum

KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh...
Puji dan syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa
dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur
atas tersusunnya makalah ini.
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima
kasih kepada Rina Mandara Harahap., MM selaku dosen pengampu yang telah
memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah ini.
Tujuan kami menyusun makalah ini
adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro.
Dalam penulisan makalah ini kami juga
mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait. Kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pontianak, 20 April 2016
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A.
Definisi teori nilai guna ordinal................................................................... 3
B.
Asumsi/Asas Teori nilai guna ordinal.......................................................... 3
C.
Defini dan contoh kurva indifference (kurva kepuasan sama).................... 4-6
D.
Garis Anggaran Pendapatan........................................................................ 6-9
E.
Perubahan anggaran belanja akibat perubahan pendapatan &
harga........... 9-12
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 13
B.
Saran............................................................................................................ 13
Daftar Pustaka...........................................................................................................
14
Kombinasi
|
X
|
Y
|
U
|
B
|
120.000 – B
|
Peringkat
|
A
|
1
|
180
|
180
|
725.000
|
605.000
|
7
|
B
|
5
|
36
|
180
|
169.000
|
49.000
|
5
|
C
|
10
|
18
|
180
|
122.000
|
2.000
|
2
|
D
|
12
|
15
|
180
|
120.000
|
0
|
1
|
E
|
15
|
12
|
180
|
123.000
|
3000
|
3
|
F
|
20
|
9
|
180
|
136.000
|
16.000
|
4
|
G
|
40
|
4.5
|
180
|
218.000
|
98.000
|
6
|
H
|
180
|
1
|
180
|
904.000
|
784.000
|
8
|
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kombinasi konsumsi barang X
dan Y dari A hingga H menghasilkan nilai kepuasan yang sama yaitu 180 unit akan
tetapi selain kombinasi D, kombinasi yang lainnya menunjukan bahwa si dedi
memerlukan anggaran yang lebih besar dari Rp 120.000. bila si dedi misalkan
memilih kombinasii konsumsi dengan peringkat terbesar yaitu kombinasi H maka si
dedi harus menambah anggarannya sebesar Rp 784.000, akan tetapi karena sistem
peringkat yang digunakan sistem peringkat ordinal bukan kardinal, maka
peringkat terbaik tentu saja adalah peringkat pertama (kesatu) sebab peringkat
inilah yang paling rasional.
Perhatikan kembali tabel diatas, yang dimaksud dengan indifference aitu
adalah kombinasi A hingga H karena semua kombinasi itu menghasilkan kepuasan
yang sama yaitu sebesar 180 unit.
Misalkan si dedi kemudian dihadapkan pada pilihan kepuasan masing-masing
sebesar A=180, B =210, C = 220, D = 300 dan E = 400 unit, yang manakah harus
dipilih? Tentu saja adalah pilihan E karena inilah kepuasan dengan peringkat
terbesar (karena E>D>C>B>A) dengan catatan si dedi memiliki
anggaran untuk memenuhi kepuasan sebesar 400 unit itu. Bila ia tidak
memilikinya ia digolongkan sebagai konsumen yang tidak rasional dan itu berarti
tidak memenuhi salah satuu asumsi yang disyaratkan dalam teori ini.
Bila kasus si dedi dan data pada tabel diatas
digambarkan kurvanya, hasilnya kira-kira sebagai berikut ini :
Gambar
Kurva
Daerah yang diarsir adalah ruang komoditi sebesar 380 unit (1/2(24*30).
Jumlah nilai guna yang bisa dimanfaatkan si dedi hanya sebesar 180 unit karena
di batasi anggaran, harga barang X dan Y serta preferensi kepuasannya U, = X*Y.
Bila misalkan pada kondisi di mana si dedi masih memiliki anggaran sebesar Rp
120.000, preferensi kepuasan/nilai guna tetap yaitu X*Y lalu harga barang X
berubah (turun) harga barang Y tetap hingga 5 periode, maka besarnya kepuasan
masing-masing periode tersebut tentu saja sepanjang lima periode tersebut.
Kepuasannya selalu bertambah karena turunnya salah satu harga barang X atau Y
menyebabkan kemampuan membeli barang X menjadi lebih banyak (ingat
rasionalitas). Sebaliknya bila harga barang X atau Y atau kedua-duanya naik
maka secara teoritis nilai guna yang di dapat si dedi relatif akan mengecil
dibandingkan sebelumnya. Ilustrasi tabel berikut akan mempermudah pengertian
ini.
E.
Perubahan Anggaran Belanja sAkibat Perubahan Pendapatan dan Harga
Perubahan garis anggaran pendapat
akibat perubahan pendapatan dan / harga dapat diilustrasikan dalam contoh kasus
dibawah ini
Berbagai macam kemungkinan nilai guna berdasarkan anggaran dan tingkat
harga barang
Harga barang X berubah (B)
|
Harga barang Y berubah (B)
|
Harga barang X dan Y berubah (C)
|
||||||
Px
|
Py
|
U
|
Px
|
Py
|
U
|
Px
|
Py
|
U
|
4500
|
4000
|
200
|
5000
|
3500
|
205,71
|
4500
|
3500
|
228,48
|
4000
|
4000
|
225
|
5000
|
3000
|
240
|
4000
|
3000
|
300
|
3500
|
4000
|
257,14
|
5000
|
2500
|
288
|
3500
|
2500
|
411,36
|
3000
|
4000
|
300
|
5000
|
2000
|
360
|
3000
|
2000
|
600
|
2500
|
4000
|
360
|
5000
|
1500
|
480
|
2500
|
1500
|
960
|
Dari tabel diatas ini dapat di baca bahwa nilai guna bagi konsumen akan
meningkat seiring dengan terjadinya penurunan harga barang baik masing-masing
maupun bersama-sama. Sebaliknya nilai guna akan semakin menurun/mengecil bila
harga barang tersebut naik. Secara ordinal peringkat terbaik dari nilai guna
untuk harga barang X yang turun adalah U = 360 unit. Bila harga barang Y turun
sementara harga barang X tetap maka utiliti terbaik adalah U = 480. Dalam
konteks rasional konsumen akan memilih barang yang lebih murah dari pada yang
mahal, atau dengan kata lain permintaan akan naik bila harga turun (inililah
satu alasan mengapa dalam hukum permintaan kurva permintaan itu memiliki slope
negatif). Naik atau turunnya harga yang menyebabkan turun atau naiknya jumlah
barang yang diminta sementara perubahan itu tidak menyebabkan berkurangnya
pendapatan/anggaran inilah yang sering disebut sebagai efek pendapatan,
mengapa? Karena bila harga barang X atau barang Y naik (harga Y atau X tetap)
maka jumlah barang yang dapat dibeli semakin sedikit (seolah-olah
pendapatan/anggaran berkurang), sebaliknya bila harga barang X atau Y turun
maka seolah-olah pendapatan/anggaran naik). Misalkan saja untuk contoh pada
pada harga X rurun menjadi sebesar Rp 2500 dari sebelumnya Rp 5000 sementara
harga
Perubahan kurva akibat perubahan pendapatan dan harga
Gambar kurva
Pada gambar kurva diatas diketahui bahwa pada gambar A misalkan harga
barang turun, sehingga kemampuan membeli barang X lebih banyak dan menggeser
garis anggaran dari X1Y1 menjadi X1Y2. Kurva indifference juga bergeser daru
K1s K1t. Sedangkan pada gambar B harga barang X tetap sedangkan harga barang Y
naik, sehingga kemampuan membeli barang Y semakin sedikit akibatnya anggaran
bergeser dari XIY1 menjadi X2Y2, sedangkan kurva indifference bergeser ke bawah
dari K1 menjadi Menjadi K2. Bila harga barang X dan Y sama-sama berubah, maka
garis anggaran akan bergeser, hal yang sama terjadi juga untuk anggaran karena
bertambahnya pendapatan. Berikut disajikan kurvanya.
Gambar kurva
Pada gambar diatas, garis anggaran awal adalah X0Y0. Berubahnya pendapatan
secara riel menyebabkan garis anggaran bergeser. Bila kedua harga barang (X dan
Y) turun maka garis anggaran menjadi X1Y1 (semakin banyak barang X atau Y yang
bisa dibeli), hal ini menyebabkan kurva indifference berubah dari KI1 menjadi
KI3, di mana kepuasan optimum bergeser dari E1 ke E3. Bila kedua barang
harganya naik maka garis anggaran bergeser menjadi X2Y2 (karena semakin sedikit
barang X dan Y yang bisa dibeli). Dengan demikian pergeseran garis anggaran
secara teoritas akan menggeser kurva indifference (untuk tingkat preferensi
utility yang sama, kepuasan akan semakin kecil bila harga barang semakin mahal,
karena jumlah barang yang dikonsumsi semakin sedikit). Pada setiap kombinasi
paling optimum untuk masing-masing anggaran yang bergeser karena berubahnya
harga dihubungkan oleh satu garis (kurva), kurva inilah yang dinamakan PCC
(Price Consumption Curve).
Pada gambar kurva diatas garis anggaran awal adalah X0Y0, kepuasan maksimum
(paling optimum) di E1 pada kurva indifference 1 (KI1). Bila pendapatan naik
maka garis anggaran bergeser menjadi X3Y3 karena jumlah barang X dan Y yang
bisa dibeli, dampaknya adalah kurva indifference bergeser dari E1 ke E3,
sebaliknya bila pendapatan semakin menurun maka garis anggaran bergeser ke X2Y2
juga menggeser indifference dengan tingkat kepuasan maksimum pada E2. Garis
yang menghubungkan kombinasi konsumsi X dan Y yang paling optimum dari
masing-masing garis anggaran yang dipetakan oleh kurva indifference ini disebut
ICC (Income Consumption Curve). Berdasarkan kedua kurva diatas dapat diketahui
bahwa semua barang yang dibeli oleh konsumen digolongkan sebagai barang normal,
yaitu barang yang permintaan atasnya naik bila pendapatan naik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori nilai guna ordinal berbeda
dengan teori nilai guna cardinal, pada teori nilai guna ordinal nilai guna
suatu barang tidak didasarkan pada 1 jenis barang saja tetapi didasarkan dua
jenis barang yang berbeda karena dengan adanya barang berbeda konsumen dapat
lebih leluasa memilih sehingga tercipta nilai kepuasan (utility).
Pada teori nilai guna ordinal terdapat kurva
indifference yang maksudnya adalah dua jenis barang berbeda atau bahkan lebih
dapat menghasilkan nilai kepuasan yang sama. Hanya saja banyaknya barang yang
dikonsumi itu tidak sama antara barang A dengan barang B karena adanya
keterbatasan pendapatan yang dimiliki.
Garis anggaran dapat dilihat dari
ilustrasi kurva indifference dengan memperhitungkan banyaknya anggaran sehingga
dapat dilihat variasi atau alternative yang mana yang dapat pilih oleh konsumen
yang sesuai dengan anggaran yang dimiliki konsumen. Dengan memperhatikan kurva
indifference kita dapat mengetahui pilihan mana yang konsumen dapat ambil
sehingga konsumen dikatakan rasional.
Nilai utility (kepuasan) konsumen
dapat berubah-ubah sesuai dengan pendapatan yang konsumen miliki dan harga
barang dipasar. Dengan memperhatikan kurva indifference konsumen dapat
menjelaskan ketika pendapatan naik maka pilihan mana yang konsumen dapat ambil
begitu juga apabila harga dipasaran turun nilai kepuasaan (utility) konsumen
dapat berubah-ubah sehingga konsumen dapat memperhitungkan dan terciptalah
rasionalitas konsumen dalam memperoleh nilai kepuasan (utility)
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Putong, Iskandar. 2007. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar