Di dunia ini memang berisi berbagai ragam
tipe manusia dengan berbagai macam ragam latar belakang suku, ras, etnis, agama
dan budaya. Tapi tidak banyak manusia yang dapat dikenang hingga berabad-abad
setelah wafatnya. Baru-baru ini saya menamatkan buku yang berjudul 100 orang
paling berpengaruh di dunia karya Michael H. Hurt. Penulis kondang yang bukunya
(100 orang paling berpengaruh di dunia) menjadi perdebatan sampai saat ini dan
juga buku yang sangat fenomenal hingga diterjemahkan dalam berbagai macam
bahasa. Saya tidak akan membahas lebih jauh tentang isi dari buku Michael
H.Hurt yang saya ingin sampaikan dalam artikel ini adalah tentang esensi
seseorang dilahirkan didalam dunia. Dalam agama saya (islam) manusia diturunkan
ke muka bumi semata-mata untuk menjadi Khalifah -pemimpin- yang dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kepentingannya sendiri maupun
kepentingan orang banyak. Tanpa membeda-bedakan dari mana dia berasal, apa
sukunya, apa agamanya, apa negaranya dan apa rasnya. semua latar belakang itu
(ras, agama, suku, negara, darimana dia berasal) tidak jadi acuan untuk
membeda-bedakan pentingnya dia berada di muka bumi ini alias semua dimata Allah
sama derajatnya dan sama peruntukannya yaitu untuk menjadi pemimpin. Dalam berjalannya
kehidupan, manusia yang lahir akan dikenalkan dengan lingkungan sekitarnya,
dengan budaya disekelilingnya dan dengan apa yang diwariskan orang tuanya
kepada dirinya. Jadi manusia yang lahir didunia ini tidak dapat memilih dari
ras apa dia lahir, dari agama apa kedua orang tuanya, dari suku apa dia
dilahirkan. Namun manusia sudah dilengkapi oleh Tuhan dengan Akal dan pikiran
yang tidak dimiliki oleh mahluk lain -binatang,tumbuhan,malaikat,jin,setan- jadi
sudah seyogyanya setiap manusia yang lahir memiliki human rights (kebebasan
dalam menentukan nasibnya sendiri) tanpa harus didesak/dipengaruhi oleh orang lain. Kita diberikan
akal dan pikiran untuk memilih bukan untuk dipilihkan, itu pointnya.
Jadi tidak zaman lagi seseorang yang sudah
berumur 18 tahun harus diatur-atur kehidupannya baik oleh kedua orang tuannya
sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya , yang ada adalah manusia yang sudah
berumur 18 tahun memiliki pengetahuan yang cukup untuk menentukan siapa
dirinya, untuk apa hidupnya dan seperti apa dia kedepannya. Bukannya saya
meniadakn peran penting keluarga dan lingkungan tapi sudah sewajarnya setiap
orang menghargai dan menghormati pilihan dari seseorang yang sudah cukup umur
(18 tahun ke atas). Keluarga dan lingkungan hanya dapat memberikan nasehat,
pandangan atau opini tentang apa yang baik, apa yang seharusnya dilakukan atau
apa yang tidak boleh dilakukan. Tanpa perlu ikut campur keputusan yang dia
(seseorang yang sudah berumur 18 tahun keatas) pilih/buat. Ini penting bagi saya
karena banyak sekali contoh peran keluarga dan lingkungan yang terlalu besar,
terlalu banyak ikut campur malah meninggalkan bekas yang tidak baik bagi orang
yang dia atur tersebut. Contohnya seperti ini, penulis banyak temui kawan yang
dari kecil sudah diharapkan orang tuanya untuk jadi seseorang yang orang tuanya
idamkan misalnya orang tua si A menginginkan/mengidam-idamkan anaknya menjadi dokter tapi
anaknya ini bakatnya bukan kesana tapi lebih suka bidang seni baik seni musik
maupun seni tari. Tetapi orang tua si A tidak pernah ingin tahu, menghargai atau memberikan dukungan kepada bakat atau passion anaknya yang terjadi malah
anaknya frustasi sehingga lari dari kenyataan lalu berperilaku menyimpang dampaknya adalah rasa malu
yang ditanggung kedua orang tuanya. Padahal jika orang tua si A memahami bakat
dan passion anaknya maka tidak bakalan terjadi si A frustasi hingga berperilaku
menyimpang dll. Makanya seperti yang saya utarakan diatas setiap manusia yang
sudah berumur 18 tahun keatas punya human rights, punya hak asasi untuk
menentukan jalan hidupnya kedepan. Orang lain hanya sebatas mengarahkan,
memberikan pengetahuan menceritakan pengalaman.
Pada akhir artikel ini penulis akan
membagikan cerita tentang seseorang yang selalu dikenang oleh lingkungan
sekitarnya. Dia bernama riyanto (beragama islam) tinggal dan dilahirkan di
Mojekrto, dia adalah seorang banser NU yang ditugaskan pada malam misa natal 24
Desember 2000 di daerah gereja Eben Haezar Mojekerto. Pada malam misa natal
tersebut panitia dikejutkan dengan penemuan paket mencurigakan, paket dikemas
dalam tas plastik dan diletakkan didalam dan diluar gereja. Saat paket dibuka
ternyata isinya bom. Riyanto yang saat itu ada disekitar lokasi dan memang
tugasnya mengamankan kegiatan misa natal spontan mendekap paket bom tersebut. Riyanto
berlari meninggalkan gereja dengan paket bom ditangan semata-mata bermaksud
untuk menjauhkan bom dari areal gereja. Namun naas, bom meledak sebelum riyanto
sempat menyelamatkan dirinya sendiri (ALLAH HUAKBAR). Tubuhnya hancur,
jenazahnya hampir tidak dapat dikenali lagi. Namun pada malam itu ratusan nyawa
dapat ia selamatkan. Hingga saat ini nama Riyanto dikenang oleh warga mojekrto
sebagai martir bagi toleransi umat beragama. Namanya dikenang dalam doa, pada
saat misa natal di gereja Eben Heazer Mojekrto. Bahkan namanya (riyanto)
diabadikan sebagai salah satu nama jalan di mojekrto. Riyanto bisa saja memilih
diam, bahkan bisa memilih untuk tidak mengawal misa natal di gereja. Namun barisan
panjang korban intoleransi akan menambah kelam catatan sejarah.
Saya tak bisa berkata-kata atas cerita yang
saya sampaikan diatas saya hanya dapat merasakan bulu sekitar tubuh saya
merinding ketika saya menuliskan cerita tersebut. Sungguh pengorbanan yang amat
luar biasa dari seorang anak manusia yang Tuhan takdirkan untuk menunjukan
kebesaran-Nya. Kebesaran yang menampar segenap umat manusia yang hingga saat
ini tidak henti-hentinya bertikai atas dasar perbedaan agama, atas dasar
perbedaan pilihan pemimpin atau atas dasar kekayaan materi.
“perbedaan keyakinan bukan alasan untuk
memilah-milih kemanusian”
REFERENSI
https://www.youtube.com/watch?v=TyKd_UZQfyw
FACHRI
ADHA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar