TRUE STORY
Pada
setiap kali penulis memposting artikel berupa pandangan penulis, kisah yang
penulis lalui ataupun berupa tugas-tugas kampus. Penulis berusaha dan umumnya
didasari oleh kisah yang benar-benar terjadi sehingga menghadirkan fakta yang
tidak diada-adakan ataupun dilebih-lebihkan. Supaya apa yang penulis tulis
dapat memberikan hikmah bagi kita semua baik penulis sendiri ataupun pembaca
setia blog fachri. Lebih-lebih bisa terinsipirasi atas setiap tulisan yang
penulis unggah.
Kali ini
saya –Fachri adha- akan mengunggah sebuah keresahan yang saya temui disetiap
hari-hari yang saya lalui, yaitu berupa keluhan atas pelayanan yang saya dapati
baik oleh lembaga formal seperti departemen-departemen pemerintahan sampai lembaga
informal yang contohnya warung kopi tempat biasa penulis luangkan waktu free
buat duduk-duduk.
Bagi penulis
ini penting sekali untuk dishare ke pembaca yaitu sebuah pengharapan dari
seorang customer, nasabah, atau tamu terhadap apa yang dia ingin dapati dari lembaga informal ataupun formal yang
bersinggungan langsung dengan kegiatan sehari-harinya.
Harapan
yang sudah sewajarnya dia dapatkan karena sebuah service ataupun sambutan yang
hangat dan baik adalah sebuah hak yang sudah seharusnya dia terima. Seperti apa
harapan itu akan penulis jabarkan satu per satu.
Penulis akan
mulai dari harapan bahwa kementerian atau departemen dibawah naungan
pemerintahan pusat maupun daerah bisa memberikan contoh yang baik kepada
lembaga lainnya baik yang non formal, yang profit oriented ataupun yang
bertujuan sosial. Harapannya tidak muluk-muluk hanya berupa angan-angan
kementerian bisa memberikan service yang mempuni baik disegi adminstrisi legal
yang anti pungli, anti KKN maupun pelayanan yang humanis, cepat dan tidak
bertele-tele alias tidak membuat pihak yang membutuhkan mati duluan karena
menunggu lamanya proses yang kementerian itu lakukan.
Agak berlebihan
tapi itu adalah cerita nyata, bagaimana penulis dibuat pusing, naik darah,
habis ongkos karena pelayanan kementerian kependudukan didaerah tempat penulis
bermukim –kuburaya kalbar- amat ruwet, tidak humanis, kebanyakan ditunggai
kepentingan-kepentingan individu tertentu yang mementingkan perut dan dompetnya
saja.
Pada kesempatan
kali ini tidak akan penulis jabarkan satu persatu dimana letak ruwetnya yang
jelas penulis tidak bohong dan pastinya juga dirasakan oleh pembaca jika pernah
berurusan dengan kementerian kependudukan dan catatan sipil.
Lanjut pada
pengalaman ruwetnya berhubungan dengan jasa jual beli online bukabuku.com
dimana penulis mendapati duit yang penulis transfer ke mereka –bukabuku.com-
sampai sekarang tidak ada kepastian bahkan penulis sudah habis harapannya
menunggu dana yang penulis transfer dikembalikan. Kembali lagi penulis tidak
akan menjabarkan pokok permasalahnnya dimana.
Lalu pada
lembaga perpustakaan dikampus, penulis mendapati pengalaman tidak mengenakan
mulai dari pelayanan yang diberikan tidak humanis bahkan cenderung membuat
mahasiswa takut untuk bersinggungan dengan perpustakan. Fakta yang ironis yang
sebenarnya malu untuk penulis ceritakan tapi kembali lagi pointnya supaya pembaca
mengerti kerasahan hati yang penulis alami.
Bersambung .........
FACHRI ADHA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar