LEMBAGA KEUANGAN
BAIKAH?
Lembaga keuangan adalah lembaga yang bergerak
dibidang keuangan tujuan utamanya adalah profit oriented (meraup keuntungan
sebanyak-banyaknya) untuk kesejahteraan / kekayaan pemilik –investor, pribadi-
karyawan dan anggota / nasabah. Lembaga keuangan terdiri dari perbankan (bank
umum –bank konvensional, bank syariah-, BPR -BPR
konvensional, BPR Syariah- Unit usaha syariah, BPD [bank perkreditan rakyat] –syariah/konvensional-
BMT [baitul mal wa tamlik], CU [credit union] ) lalu koperasi, leasing,
asuransi, pegadaian dll.
Lembaga keuangan yang disebutkan diatas
adalah lembaga keuangan yang umumnya berdiri di sekitar masyarakat dan menurut
observasi yang saya lakukan adalah institusi yang paling pesat perkembangannya
didaerah kalimantan barat khususnya di Kota Pontianak. Hal ini disebabkan
karena kebutuhan dana (permintaan) yang sangat tinggi atas jasa lembaga
keuangan baik jasa pembiayaan (kredit) ataupun jasa penyimpanan (saving) dan
jasa-jasa lainnya yang ditawarkan oleh lembaga keuangan.
Mengapa bisa begitu pesat perkembangannya? karena disebabkan oleh tingginya perputaran uang didaerah pontianak lalu
masyarakatnya yang masih konsumtif didukung juga oleh faktor besarnya
masyarakat kelas menengah yang pada kehidupan sehari-harinya sangat lekat /
berhubungun erat dengan lembaga keuangan. Bisa saja dianggap positif jika
masyarakat mempunyai pengetahuan yang menyeluruh tentang tujuan lembaga
keuangan (profit oriented) itu berdiri sebaliknya juga bisa berdampak negatif
jika masyarakat kurang memahami secara menyeluruh keberadaan lembaga keuangan. Maksudnya
masyarakat dapat merasakan imbas positif jika masyarakat itu sendiri, paham
tentang struktur, tujuan, keberadaan lembaga keuangan. Contohnya begini
masyarakat akan sangat merasa terbantu jika dilingkungan sekitarnya berdiri
lembaga-lembaga keuangan seperti Bank, CU BMT ataupun Koperasi.
Mengapa masyarakat bisa merasa terbantu? Karena
lembaga-lembaga tadi dapat menyediakan kebutuhan masyarakat berupa
penawaran jasa saving (tabungan), finance (pembiayaan) ataupun hanya sekedar
membutuhkan dana segera untuk berobat atau kebutuhan mendesak lainnya. Ketimbang
berhutang dengan tengkulak (rentenir) sungguh lebih arif dan bijaksana jika
berhutang dengan lembaga keungan seperti bank, cu, bmt ataupun koperasi.
Dampak negatifnya dari perkembangan pesat
institusi keuangan adalah masyarakat akan dimanjakan dengan perilaku atau sifat
konsumerisme (berpoya-poya) membelanjakan barang yang tidak sesuai dengan
kebutuhan yang mereka hadapi. Lalu bisa juga masyarakat akan terjerat hutang
yang tidak berkesudahan. Dampak lebih besarnya adalah masyarakat akan
kehilangan harta benda berupa asset-asset rill seperti tanah, rumah dll yang
dijaminkan hanya karena faktor tadi kemudahan dalam mendapatkan dana pinjaman.
Inilah pentingnya artikel yang saya tulis
ini, tidak lain tidak bukan untuk mengedukasi setiap lapisan masyarakat tentang
tujuan, dampak dan apa alasan keberadaan institusi keuangan. Dapat diistilahkan
lembaga keuangan itu bagai pisau bermata dua yang dapat menguntungkan jika
dimanfaatkan dengan bijak dan bertanggung jawab oleh masyarakat tapi juga bisa
berdampak negatif jika masyarakat tidak pandai-pandai mengerem perilaku
konsumtifnya. Jadi penting buat dipahami bahwa keberadaan lembaga keuangan itu
untuk mensejahterakan pemilik (investor/pribadi), karyawan dan anggota. Bagi masyarakat
luas dampak institusi keuangan hanya sedikit yang bisa dirasakan contohnya kemajuan
perdagangan dilingkungan sekitarnya, cepatnya pembangunan ataupun naiknya
gengsi masyarakat yang tinggal dilingkungan sekitar lembaga keuangan berdiri.
kita atau masyarakat pada umumnya adalah
market sharenya mereka (lembaga keuangan ) jadi secara tidak sadar jika
masyarakat tidak memiliki edukasi yang menyeluruh atas keberadaan lembaga
keuangan, akan “diperdaya” oleh keberadaan lembaga keungan itu sendiri. Contoh konkretnya
begini seorang enterprenuer bernama Fachri telah merintis usaha dibidang
E-commerce atas modal dan pengetahuannya sendiri. Ditengah berjalannya usaha
fachri, dia kekurangan modal untuk lebih memaksimalkan profit atas usahanya tadi
(usaha e-commerce) apa yang fachri akan lakukan? Otomatis fachri akan berusaha
mendapatkan tambahan modal (pembiayaan) untuk memajukan usahanya dengan
demikian fachri berharap usahanya dapat lebih berkembang dan dapat membiayai
cita-citanya untuk segera melamar kekasih hatinya.
Namun terkadang kenyataan tidak segempang apa
yang diharapkan, mengapa demikian karena menjalankan usaha tidak hanya
berpatokan pada modal yang besar untuk meraup sebanyak-banyak keuntungan, tapi
ada faktor lain yang bisa saja tidak diperhitungkan oleh fachri yang dapat
membuat usahanya bangkrut / gulung tikar. Faktor lain bisa saja krisis ekonomi,
musibah (kebakaran) dan ditipu oleh orang lain.
Kembali lagi kepada masalah yang fachri temui
diawal yaitu kekurangan modal maka mau tidak mau fachri akan berusaha mencari
tambahan modal, banyak yang dapat fachri lakukan untuk memecahkan
permasalahnnya bisa saja fachri meminjam duit kepada orang tuanya, keluarganya
ataupun teman-temannya. Selain itu jika fachri berani mengambil resiko maka dia
akan membuka dirinya untuk berhubungan dengan lembaga keuangan seperti Bank
(Bank umum-konvensional/syariah) BMT, BPRS ataupun lembaga keuangan lainnya. Pertanyaannya
apakah fachri berani mengambil resiko dan mempertaruhkan assetnya untuk
dijadikan anggunan? Bisa saja tidak berani dan mencari jalan pintas yaitu
meminjam kepada rentenir.
Kenyataannya masyarakat masih tidak memahami
baik buruknya lembaga keuangan Bank dll atau baik buruknya meminjam kepada
rentenir. Kebanyakan masyarakat atau orang-orang seperti fachri secara gegabah
mengambil keputusan tanpa mempelajari terlebih dahulu profil lembaga keuangan
atau apa rentenir itu? Ini nyata yang penulis temui sendiri dalam kehidupan
penulis.
Maka dari itulah penulis akan sedikit membagi
pengalaman pada artikel ini. Penulis dilahirkan dari keluarga yang sederhana dengan
pendidikan yang cukup untuk patokan keluarga yang berkiprah diawal tahun 2000an
(bahkan bagi orang lain tidak cukup) ayah hanya tamatan SMA demikian juga ibu
alhamdullilah tamatan SMA. Hebatnya keluarga kecil yang berpendidikan cukup ini
mempunyai jiwa enterprenuer yang kental. Dari awal ayah saya berprinsip tidak
akan bekerja untuk orang lain ibu juga demikian lebih suka berusaha sendiri. Jadilah
untuk mengembangkan usaha yang dirintis kedua orang tua penulis, mereka (kedua
orangtua) bermitra dengan lembaga (institusi) keuangan bank pada saat itu. Karena
minim pengetahuan tentang tujuan, keberadaan institusi keuangan bank maka yang
terjadi adalah kekecewaan yang dirasakan ketika bermitra dengan lembaga
keuangan perbankan. Banyak contohnya tapi penulis hanya membagikan satu contoh
yaitu orang tua penulis kecewa atas penerapan penalty berupa tambah 2 bulan
bayar atas keinginan orangtua penulis untuk lepas dari jerat/belenggu hutang. Maksudnya
adalah orangtua penulis punya hutang 110 jt di bank A (sengaja tidak disebutkan
untuk menjaga kerahasian) untuk terlepas dari hutang tadi orangtua penulis
menjual semua assetnya untuk menutupi hutang tadi semata-mata untuk melepaskan
beban dikejar-kejar depkolektor. Yang terjadi malah utang yang awalnya 110 jt
membengkak menjadi 122 jt karena dikenakan hukuman (penalty) berupa 2x
angsuran. Betapa kecewa perasaan orangtua penulis ketika hutang 110 jt tadi
sudah dengan bunga harus ditambah dengan penalty 12 jtan. Itu mencekik leher,
membuat orang yang tidak tahan frustasi bahkan bisa bunuh diri untungnya tidak
terjadi didalam keluarga penulis.
Pelajaran dari cerita (pengalaman) penulis
adalah pentingnya memahami tujuan, keberadaan dari institusi keuangan. Jangan sampai
cerita yang penulis bagikan dirasakan juga oleh pembaca. Saran penulis lebih
baik menyesal diawal daripada menyesal diakhir maksudnya lebih baik menebalkan
muka meminjam uang dengan keluarga/sanak famili, teman secara baik-baik,
dijelaskan untuk apa meminjam uang dengan jujur tanpa menambah-nambahkan
ataupun mengurang-ngurangi dan jika telah dipinjamkan bisa komitmen dengan
perkataan atau janji yang disertakan. Karena menurut penulis sehajat-hajatnya
keluarga itu masih saudara kita J
So bijaklah dalam menyikapi keberadaan lembaga
keuangan. Jangan tertipu daya dengan kemudahan-kemudahan yang mereka (lembaga
keuangan) tawarkan. Belajaralah dari pengalaman-pengalaman orang lain yang
dapat dibuktikan validitasnya. Tidak baik jika terlalu skeptis dan berpikiran
paranoid cobalah buka diri selebar-lebarnya dengan berbagai macam pengalaman
yang dirasakan oleh orang lain. Jangan berpikiran bisa hidup sendiri atau
mengatasi masalah seorang diri, karena manusia adalah mahluk sosial yang tidak
dapat hidup secara individual pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain.
FACHRI
ADHA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar